Menjelang dimulainya perkuliahan semester ganjil tahun ajaran 2021/2022, tepatnya hari Jum’at, 17 September 2021, pengurus STAI Persis Garut mengadakan kegiatan silaturahmi dan pembinaan bagi para dosen di lingkungan kampus STAI Persis Garut. Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap memasuki semester baru.
Dalam sambutannya, Ketua STAI Persis Garut, Dr. Maman Sumpena, M.Si, menyampaikan rasa syukur atas berbagai pencapaian positif kampus sejauh ini. Pencapaian tersebut perlu terus dikembangkan, termasuk meningkatkan kualitas para dosen. Karena itu, pembinaan untuk para dosen semacam ini menjadi sangat penting.
Sementara itu, Ketua Dewan Penyantun sekaligus Ketua PD Persis Garut, H. Ena Sumpena, M.Pd.I dalam sambutannya mengingatkan pentingnya menerapkan pilar-pilar kejam’iyahan dalam beraktifitas di lingkungan kampus. Terdapat empat pilar yang harus diperhatikan. Pilar pertama adalah Umat. Dalam konteks kampus umat adalah mahasiwa. Mereka merupakan aset sekaligus amanah yang harus dijaga, terutama ibadah, adab dan arah keilmuannya. Kedua, pilar Imamah yang diemban oleh para pimpinan atau jajaran pengurus yang bertanggung jawab terhadap Umat yang dipimpinnya. Syuro atau musyawarah menjadi pilar ketiga yang harus diperhatikan agar mampu menjembatani ragam pemikiran yang berpotensi memunculkan egoisme masing-masing jika tidak didudukan dalam forum musyawarah. Setelah musyawarah dan menghasilkan berbagai kebijakan maka semua pihak perlu memperhatikan pilar yang keempat, yaitu To’at, alias keta’atan. Pesan ini tentunya sangat relevan, terutama karena STAI Persis Garut merupakan kampus milik Jam’iyah Persis yang menjadi etalase Jam’iyah dan mengemban misi Jam’iyah.
Memasuki agenda inti, pembinaan disampaikan oleh Dr. H. Utang Rosidin, S.H., M.H, sosok yang sudah tidak asing lagi karena dulu pernah menjadi dosen di STAI Persis Garut. Doktor yang sekarang menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Syari’ah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengupas materi terkait bagaimana meningkatkan kualitas kinerja dosen yang baik dan mewujudkan profesionalisme seorang dosen. Menurutnya, banyak orang yang sangat ingin menjadi dosen, tetapi kemudian abai terhadap kewajibannya sebagai seorang dosen. Tentu ini merupakan sikap yang tidak layak ada dalam diri seorang dosen. Utang juga memberikan tips bagaimana menjadi dosen yang professional sampai nanti mencapai titik karir sebagai Guru Besar.
Sebagaimana tulisan yang tertera di backdrop, kegiata ini juga merupakan ajang silaturhami bagai para dosen dan dengan jajaran pengurus. Karena itu, aula yang cukup luas menjadi tempat kegiatan yang representatif bagi para dosen untuk bercengkrama setelah sekian lama hanya bersua di dunia maya melaui group WA (Taufik A)