Senin, 31 Mei 2021 Unit Pelaksana Teknis Tahsin dan Hifdhul Qur’an (UPT-THQ) STAI Persis Garut memberangkatkan belasan mentor terbaiknya ke Pesantren Persatuan Islam (PPI) 50 Ciputri Lembang-Kabupaten Bandung Barat. Mereka ditugaskan untuk membimbing para santri dalam program Dauroh Al-Qur’an dan Karantina Tahfidzh.

Program ini diperuntukkan khusus bagi santri MTs kelas VIII dan SMA Plus kelas XII. Menurut Dr. Daris Tamin, M.Pd, kepala UPT THQ STAI Persis Garut, selama mengikuti karantina rencananya para santri ditargetkan mampu menghafal minimal 2 juz. Target tersebut disesuaikan dengan durasi karantina yang kurang lebih selama 15 hari (1-15 Juni).  Akan tetapi sebelum program menghafal dimulai para santri terlebih dahulu dibenahi kualitas tahsinnya. Ini dilakukan selain untuk memperbaiki bacaan juga membantu memudahkan mereka dalam menghafal.

Lebih lanjut menurut Daris, apabila proses pembenahan tahsin selesai para santri mulai masuk ke program menghafal yang dibagi ke dalam tiga tahap. Pertama, para santri menghafal terbimbing yang didampingi langsung para mentor. Setelah itu mereka menghafal secara mandiri. Dan terakhir mereka diharuskan menyetorkan hafalan atau ujian.  

Para mentor yang direkrut berjumlah 12 orang. Semuanya merupakan mahasiswa STAI Persis Garut dan telah memenuhi kualifikasi mentor sesuai standar UPT-THQ STAI Persis Garut. Terdiri dari 9 mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Fikri Rahman Hakim, Syamsu Rijal, Deni Idha Maulana, Labibah Haura, Savira Aulia Purwadi, Fitri Nurlaeli, Sri Halimah Hidayah, Ayu Indah Karisma, dan Dinda Lestari Nur Afifah) dan 3 mahasiswa prodi Ilmu Hadits (Firdaus Nuryadin, Eja Supriana, dan Farida Fitriani). Jumlah ini disesuaikan dengan jumlah peserta sebanyak 123 orang dengan pertimbangan rasio ideal 1: 10. Mereka disupervisi langsung oleh pembimbing utama UPT THQ, ustadz Hasan Anshori, M.Pd dan ustadz Muhammad Nur Shidiq, M.Ag sekretaris UPT THQ.

Menurut pimpinan PPI 50 Lembang program karantina Tahfidz digulirkan untuk mewujudkan visi  PPI 50 Lembang yang ingin mencetak para santri penghafal al-Qur’an. Hanya saja visi tersebut belum maksimal diwujudkan disebabkan terbatasnya SDM di lingkungan. Karena itu, untuk mewujudkannya dimulailah program kerjasama dengan UPT-THQ STAI Persis Garut. Bagi pihak pesantren lembaga ini dipilih selain karena dipandang kompeten dan berpengalaman juga merupakan lembaga dari perguruan tinggi yang dimiliki jam’iyah Persis. Adapun bagi UPT-THQ STAI Persis Garut adanya program ini merupakan media untuk semakin mengenalkan eksistensi lembaga ke luar wilayah kabupaten Garut. Tujuan utamanya tentu saja untuk memperluas azas manfaat yang bisa diberikan sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Ke depan bentuk kerjasama semacam ini perlu diadakan lebih massif menjangkau banyak pesantren dan lembaga lainnya. (Taufik A)